
Paperkaltim.id, Tel Aviv â Serangan balasan Iran yang menggempur berbagai wilayah Israel memaksa ribuan warga sipil dan orang asing melarikan diri. Penutupan wilayah udara membuat pelarian hanya mungkin dilakukan lewat laut, dan pelabuhan-pelabuhan di Israel kini dipenuhi kapal pesiar yang mengangkut warga menuju Siprus.
Menurut laporan Haaretz, ratusan orang setiap hari memilih kabur lewat pelabuhan Herzliya, Haifa, dan Ashkelon. Para pemilik kapal kecil menawarkan jasa pelayaran dengan harga ribuan dolar untuk kelompok kecil, tidak lebih dari sepuluh orang. Banyak dari mereka enggan mengaku bahwa mereka kabur karena rudal Iran, meskipun kenyataan di lapangan menunjukkan ketakutan besar atas eskalasi konflik.
Israel sendiri telah memindahkan puluhan pesawat komersial ke luar negeri sejak awal konflik. Hal ini menyebabkan 100 ribu warganya kini terjebak di luar negeri tanpa kejelasan kapan bisa kembali. Pemerintah Israel belum memiliki rencana matang untuk memulangkan mereka secara aman dan cepat.
Bandara Ben Gurion, yang biasanya sibuk, kini nyaris kosong. Setelah serangan besar Israel terhadap fasilitas nuklir Iran Jumat lalu, Iran membalas dengan rudal dan drone yang menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya.
Upaya pemulangan warga lewat "jembatan udara" dipertimbangkan, tapi tingkat keberhasilannya diragukan. Dengan kapasitas maksimal 3.000 orang per hari, proses ini bisa memakan waktu lebih dari sebulan dan tetap berisiko jadi sasaran rudal.
Kementerian Perhubungan Israel juga tengah menimbang evakuasi laut, tapi aspek keamanannya belum disetujui. Di sisi lain, mereka yang terjebak di luar negeri menghadapi krisis finansial karena akomodasi dan biaya hidup tak ditanggung asuransi.
Pemerintah belum mengeluarkan janji kompensasi, bahkan terkesan membiarkan warganya menanggung sendiri akibat dari krisis. Laporan The Marker menyebut ini sebagai salah satu bencana logistik dan kemanusiaan terbesar yang pernah dihadapi Israel.