Dokumentasi acara siraman jelang pernikahan Al Ghazali dan Alyssa Daguise
Paperkaltim.id, Jakarta – Ketegangan lama antara Maia Estianty dan Mulan Jameela kembali mencuat ke permukaan setelah keduanya terlibat dalam pertemuan singkat yang penuh ketegangan pada acara siraman jelang pernikahan Al Ghazali dan Alyssa Daguise, Sabtu (14/6/2025). Suasana hening dan dingin saat momen salaman mereka menjadi pusat perhatian publik.
Dalam sebuah video yang beredar, Mulan tampak mendekati Maia untuk bersalaman. Namun, tanggapan Maia yang cenderung dingin memunculkan suasana tidak nyaman. Ia hanya menyambut salam singkat dan segera mengalihkan pandangan. Pakar ekspresi Kirdi Putra mengungkapkan bahwa ekspresi tubuh Maia menunjukkan sikap defensif, sedangkan Mulan terlihat gugup.
Sebelumnya, Maia sempat menyatakan dirinya tidak berkeinginan untuk kembali dekat dengan Mulan. Dalam sebuah wawancara podcast, Maia menegaskan bahwa ia sudah melalui proses penyembuhan emosional dan tidak ingin kembali membuka luka lama yang sudah ia tutup rapat.
Namun, suasana sempat mencair berkat tindakan hangat dari anak-anak Mulan. Kedua putrinya, Tiara dan Safeea, tampak mendekati Maia dan mencium tangannya dengan sopan. Tindakan ini dipuji banyak pihak sebagai bentuk kedewasaan yang membawa angin sejuk di tengah ketegangan.
Maia sendiri merespons sikap anak-anak Mulan dengan lembut, menyatakan bahwa baginya, kebahagiaan anak-anak lebih penting daripada konflik masa lalu. “Yang terpenting adalah mereka tetap bisa tumbuh dalam suasana damai,†ucapnya.
Netizen menyambut positif interaksi tersebut. Unggahan video itu viral dan dibanjiri komentar yang memuji ketenangan Maia. Banyak yang menganggap sikapnya mencerminkan kedewasaan emosional dan keikhlasan yang tulus.
Kehadiran mereka di acara keluarga besar Dhani memang menjadi momen langka. Meski tidak ada tanda-tanda rekonsiliasi langsung, setidaknya interaksi anak-anak memberi sinyal bahwa generasi baru bisa membuka jalan menuju hubungan yang lebih damai.
Meski belum berdamai, interaksi ini menunjukkan bahwa batas emosional yang ditegaskan Maia masih dihormati, namun ruang untuk penyembuhan tetap terbuka melalui keteladanan anak-anak.
