
Paperkaltim.id, Jakarta â Aksi tak biasa terjadi dalam laga tunggal putra Sirnas B Kepulauan Riau-Batam yang menuai sorotan tajam dari publik dan pemerhati bulu tangkis nasional. Salah satu peserta dari klub PB Exist terekam kamera tengah meremas kok sebelum melakukan servis, tindakan yang dinilai memberi keuntungan tidak adil dan mengundang kritik.
Potongan video dari laga tersebut beredar luas di media sosial, memperlihatkan pemain berseragam kuning dari PB Exist melakukan aksi yang dianggap tidak menjunjung prinsip sportivitas. Tindakan itu pun menjadi perbincangan, termasuk sampai ke telinga Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga, Taufik Hidayat.
Sebagai mantan juara Olimpiade Athena 2004 di nomor tunggal putra, Taufik menyatakan keprihatinannya terhadap aksi seperti ini, terlebih lagi karena terjadi di level pertandingan usia muda yang seharusnya mengedepankan nilai-nilai pembinaan dan integritas.
"Menurut saya pribadi, itu tidak mencerminkan sportivitas. Sangat disayangkan hal ini terjadi," kata Taufik, usai menghadiri Rapat Anggota Komite Olimpiade Indonesia 2025 di Jakarta.
Taufik menilai perlunya aturan tegas dari otoritas tertinggi bulu tangkis dunia, yakni BWF (Badminton World Federation), untuk memberi landasan hukum dan batasan yang jelas terkait praktik manipulatif seperti ini. Ia menegaskan bahwa regulasi dari tingkat internasional harus diturunkan hingga federasi tiap negara agar semua pemain memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di lapangan.
Senada dengan Taufik, Ketua Masyarakat Pemerhati Bulu Tangkis Indonesia (MPBI), Kurniadi, menyebut bahwa fenomena remas kok bukan hal baru dan sudah berlangsung dari waktu ke waktu. Ia menekankan pentingnya PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) segera merumuskan aturan tertulis untuk melarang dan memberi sanksi kepada pelaku.
âSelama ini, tak ada sanksi jika pemain lawan tidak melakukan protes, dan wasit pun tidak punya dasar hukum untuk menindak,â kata Kurniadi.
Ia menambahkan bahwa tindakan seperti meremas atau memekarkan kok jelas tidak mendidik, dan harus segera diberi payung hukum agar tidak menjadi kebiasaan buruk dalam sistem pembinaan atlet muda.
Sementara itu, PB Exist telah memberikan klarifikasi dan menyatakan akan melakukan pembinaan terhadap pemain yang terlibat dalam insiden tersebut, sebagai bentuk tanggung jawab atas peristiwa yang telah mencoreng nilai-nilai olahraga fair play.