Gegara Review Nastar, Codeblu Terancam Karier! Netizen & Pengusaha Serukan Boikot

image Food Reviewer, @codebluuuu / William Anderson.

Paperkaltim.idJakarta – Dunia kuliner Indonesia kembali diwarnai polemik setelah munculnya seruan boikot terhadap William Anderson, yang lebih dikenal sebagai Codeblu, seorang food reviewer terkenal. Gerakan boikot ini mencuat setelah Codeblu diduga melakukan pemerasan terhadap sebuah toko roti ternama, memicu kemarahan di kalangan pebisnis kuliner dan warganet.

Kasus ini bermula ketika Codeblu mengunggah ulasan negatif mengenai toko roti berinisial CT, menuduhnya mengirimkan kue nastar berjamur ke panti asuhan di Jakarta Selatan. Namun, pihak CT membantah tuduhan tersebut, menegaskan bahwa seluruh produk mereka telah melewati standar kualitas yang ketat sebelum didistribusikan.

Setelah video ulasan tersebut viral, perwakilan CT mencoba menghubungi Codeblu untuk meminta klarifikasi dan penghapusan konten. Namun, Codeblu diduga meminta imbalan antara Rp350 juta hingga Rp600 juta sebagai syarat untuk menurunkan video tersebut. Dugaan pemerasan ini kemudian memicu reaksi keras dari berbagai pihak.

Sejumlah pebisnis kuliner dan warganet menyerukan boikot terhadap Codeblu. Akun Instagram komunitas kuliner @gastronusa mengunggah poster yang berisi peringatan keras terhadap food reviewer yang dinilai tidak profesional.

"Boikot! Reviewer tidak beretika. Tempat usaha bukan objek untuk:

  1. Meningkatkan engagement dengan sensasi di media sosial
  2. Mencari keuntungan dengan menekan pemilik usaha
  3. Bertindak seolah-olah sebagai food consultant atau inspektur kebersihan
  4. Jika niatnya demikian, silakan cari tempat lain," demikian isi unggahan tersebut.

Gerakan boikot ini mendapat dukungan luas dari warganet. Seorang pengguna media sosial berkomentar tajam, "Lo diboikot biar nggak bac*t dan nipu atau meras."

Menanggapi kontroversi ini, Codeblu akhirnya meminta maaf kepada pihak CT dan publik. Ia mengakui kesalahannya dalam menyebarkan informasi yang tidak akurat serta berjanji akan lebih berhati-hati dalam memberikan ulasan ke depannya.

Kasus ini pun memicu diskusi lebih luas mengenai etika dalam dunia review makanan. Banyak pihak menekankan pentingnya objektivitas dan tanggung jawab dalam mengkritik sebuah usaha, serta menghindari tindakan yang berpotensi merugikan tanpa bukti yang jelas.

Kontroversi ini menjadi peringatan bagi para reviewer dan influencer untuk menjaga integritas serta etika dalam menyampaikan ulasan. Di sisi lain, pelaku usaha juga diharapkan dapat menerima kritik secara terbuka dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi demi peningkatan kualitas produk dan layanan mereka.

  • Tag:
  • Tidak Ada

Bergabung Bersama Kami

Dapat kan info menarik secara langsung dan ter update dari kami.

Night
Day