
Paperkaltim.id, Manado â Bubur Manado, atau tinutuan, merupakan kuliner khas Minahasa yang kian mencuri perhatian pencinta makanan tradisional di seluruh Indonesia. Hidangan ini telah berkembang menjadi simbol budaya kuliner Sulawesi Utara berkat rasa khas, warna mencolok, dan kandungan nutrisinya yang tinggi.
Dikenal sebagai menu sarapan favorit, bubur Manado menyuguhkan kombinasi unik dari nasi, labu, jagung, ubi, hingga singkong. Tambahan sayuran lokal seperti daun gedi, kangkung, bayam, melinjo, dan kemangi membuat bubur ini tidak hanya lezat, tapi juga kaya serat dan antioksidan. Racikan ini disempurnakan oleh aroma rempah seperti serai serta kemangi, yang menambah kesegaran pada suapan demi suapan.
Bubur ini biasanya disajikan bersama ikan asin jambal, cakalang fufu, atau sambal dabu-dabu khas Sulawesi, menciptakan keseimbangan antara gurih, pedas, dan segar. Beberapa orang bahkan menambahkan tahu goreng, telur rebus, atau perkedel sebagai pelengkap.
Asal-usul tinutuan diyakini muncul sekitar tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Pada 2005, Pemerintah Kota Manado meresmikan tinutuan sebagai ikon kuliner lokal dan mendirikan pusat kuliner bubur Manado di Jalan Wakeke.
Lebih dari sekadar sarapan, bubur Manado menjadi manifestasi dari filosofi kuliner Minahasa: mengangkat hasil bumi dan laut dalam hidangan sederhana yang menyehatkan. Kini, resepnya bisa ditemukan luas di berbagai platform digital seperti Kompas.com hingga DetikFood, memperkuat eksistensinya sebagai kuliner nusantara yang layak dicicipi.