
Paperkaltim.id, Seoul - Bencana banjir besar melanda Korea Selatan setelah hujan ekstrem tiga hari berturut-turut, menewaskan sedikitnya empat orang dan memaksa ribuan warga dievakuasi.
Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan melaporkan dua korban tewas di Provinsi Chungcheong Selatan setelah mobil mereka terperangkap di jalan tergenang dan satu orang lain ditemukan meninggal di ruang bawah tanah yang terendam air.
Di kota Osan, sekitar 44 km selatan Seoul, seorang pengemudi tewas setelah tembok penahan setinggi 10 meter roboh menimpa kendaraannya. Satu korban lagi dilaporkan hilang dan belum ditemukan.
Lebih dari 1.000 hingga 5.000 penduduk di Gwangju, Chungcheong Selatan, dan kota-kota lain terpaksa mengungsi. Sebanyak 403 sekolah tutup, ratusan jalan dan bangunan dilaporkan rusak.
Curah hujan mencapai lebih dari 400 mm dalam 24 jam, fenomena yang disebut terparah dalam 120 tahun terakhir.
Korea Meteorological Administration dan Forest Service menerbitkan peringatan tertinggi untuk potensi longsor dan banjir susulan. Warga diimbau menghindari sungai, lereng curam, dan ruang bawah tanah.
Presiden Lee Jae Myung menggelar rapat darurat, meminta seluruh kementerian untuk segera meluncur dan memperbaiki sistem early warning. Ia mengakui potensi korban bisa diminimalkan melalui respons cepat.
Petugas SAR dan tentara dikerahkan: mereka memprioritaskan evakuasi penduduk terdampak dan pembersihan lumpur. Namun akses beberapa jalan masih tertutup dan layanan kereta serta transportasi publik terganggu.
Kesimpulannya, banjir ekstrem ini memperlihatkan keberlanjutan dampak perubahan iklim di Asia Timur. Sementara kondisi cuaca berpotensi membaik, kewaspadaan masih tinggi karena peluang hujan masih terbuka hingga Sabtu. Diperlukan evaluasi dan perbaikan sistem tanggap bencana nasional agar skenario serupa tak mengulang di masa depan.